Media Ummah

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://4.bp.blogspot.com/-lm6JW_VmGGY/VM-MtrPoS5I/AAAAAAAAACA/RZ08F4_tgdc/s1600/images.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="182" src="http://4.bp.blogspot.com/-lm6JW_VmGGY/VM-MtrPoS5I/AAAAAAAAACA/RZ08F4_tgdc/s1600/images.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<span style="font-size: x-small;">Di dalam jilid 1 kitab <i>Fi Dhzilalil Qur’an</i>, Sayyid Qutb <i>rahimahullah</i> menjelaskan makna kata <i>thaghut</i>. Penjelasannya ditemukan dalam pembahasan surah Al-Baqarah ayat 256. Uraian beliau mengenai <i>thaghut</i> adalah sebagai berikut:<i> </i></span><span style="font-size: x-small;"></span><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;"><br /></span></div>
<span style="font-size: x-small;"></span><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;"><i>“Thaghut”
 adalah variasi bentuk kata dari “thughyaan”, yang  berarti segala 
sesuatu yang melampaui kesadaran, melanggar kebenaran dan  melampaui 
batas yang telah ditetapkan Allah bagi hamba-hambaNya, tidak  berpedoman
 kepada aqidah Allah, tidak berpedoman kepada syariat yang  ditetapkan 
Allah. Dan yang termasuk dalam kategori thaghut adalah juga  setiap 
manhaj ‘tatanan, sistem’ yang tidak berpijak pada peraturan  Allah. 
Begitu juga setiap pandangan, perundang-undangan, peraturan,  kesopanan,
 atau tradisi yang tidak berpijak pada peraturan dan syariat  Allah.</i> </span></div>
<span style="font-size: x-small;"></span><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;"><br /></span></div>
<span style="font-size: x-small;"></span><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;">Di dalam karya fenomenalnya yang berjudul “Kitabut Tauhid” Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab <i>rahimahullah </i>menyebutkan bahwa pentolan thaghut ada lima. Dan salah satunya ialah <i>penguasa yang zalim</i>. Siapakah penguasa yang zalim itu? Dalam bahasa Arab kata <i>zalim</i> berlawanan dengan kata <i>adil</i>. Di dalam bahasa Arab kata adil bermakna:</span></div>
<span style="font-size: x-small;"></span><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;"><br /></span></div>
<span style="font-size: x-small;"></span><div class="ArabCenter" style="text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;"><span><b>وضع شئ في مكانه</b></span></span></div>
<span style="font-size: x-small;"></span><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;"><br /></span></div>
<span style="font-size: x-small;"></span><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;"><i>“Menempatkan sesuatu pada tempatnya.”</i></span></div>
<span style="font-size: x-small;"></span><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;"><br /></span></div>
<span style="font-size: x-small;"></span><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;">Sedangkan kata <i>zalim</i> bermakna:</span></div>
<span style="font-size: x-small;"></span><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;"><br /></span></div>
<span style="font-size: x-small;"></span><div class="ArabCenter" style="text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;"><span><b>وضع شئ غير مكانه</b></span></span></div>
<span style="font-size: x-small;"></span><div class="ArabCenter" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;"><br /></span></div>
<span style="font-size: x-small;"></span><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;"><i>“Menempatkan sesuatu bukan pada tempatnya.”</i></span></div>
<span style="font-size: x-small;"></span><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;"><br /></span></div>
<span style="font-size: x-small;"></span><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;">Dalam
 hal ini yang dimaksud dengan menempatkan sesuatu bukan pada  tempatnya 
ialahHukum Allah سبحانه و تعالى . Para penguasa zalim tidak  menempatkan
 Hukum Allah سبحانه و تعالى pada posisi tertinggi. Mereka  senantiasa 
meninggikan hukum selain hukum Allah سبحانه و تعالى . Hukum  bikinan 
manusia lebih mereka muliakan daripada hukum Allah سبحانه و  تعالى . 
Kalaupun hukum Allah سبحانه و تعالى diakui di dalam lingkungan  wilayah 
yang dipimpinnya, namun ia tidak diletakkan sebagai hukum  tertinggi. 
Hukum Allah سبحانه و تعالى hanya menjadi salah satu sumber  dari sekian 
banyak sumber hukum lainnya. Hukum Allah سبحانه و تعالى  hanya sekedar 
bagian dari khazanah sumber hukum di wilayahnya. Oleh  karenannya para 
penguasa zalim yang seperti ini disebut <i>thaghut</i>.  Mereka 
memperlakukan hukum Allah سبحانه و تعالى seolah setara dengan  hukum 
bikinan manusia, bahkan seringkali diletakkan lebih rendah  daripada 
itu.</span></div>
<span style="font-size: x-small;"></span><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;"><br /></span></div>
<span style="font-size: x-small;"></span><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;">Seorang
 penguasa —atau lebih tepatnya pemimpin— yang adil ialah orang  yang 
ketika memiliki otoritas memimpin di suatu wilayah maka ia  meletakkan 
hukum Allah سبحانه و تعالى sebagai acuan tertinggi dan utama.  Semua 
aturan, perundang-undangan dan hukum yang berlaku di wilayah  
otoritasnya dia pastikan merupakan <i>derivat</i> (turunan alias  
breakdown) dari hukum Allah سبحانه و تعالى . Dan ia hanya mau  
memberlakukan hukum Allah سبحانه و تعالى tersebut mengikuti cara yang  
telah dilakukan oleh teladan utamanya yaitu Rasulullah Muhammad صلى الله
  عليه و سلم . Oleh karena itu, pemimpin yang adil dikatakan sebagai  
fihak yang bilamana terjadi perselisihan, senantiasa mengembalikan  
urusannya kepada Allah سبحانه و تعالى (Al-Qur’an) dan RasulNya صلى الله 
 عليه و سلم (As-Sunnah An-Nabawiyyah). Persis sebagaimana termaktub di  
dalam surah An-Nisa ayat 59 yang nanti akan dijelaskan. Para pemimpin  
yang adil sangat sadar bila mereka tidak menjadikan wahyu Allah سبحانه و
  تعالى sebagai sumber utama dalam memutuskan berbagai perkara yang  
muncul, maka dirinya dipandang Allah سبحانه و تعالى sebagai termasuk  
kaum yang zalim. </span></div>
<span style="font-size: x-small;"></span><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;"><br /></span></div>
<span style="font-size: x-small;"></span><div class="ArabCenter" style="text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;"><span><b>وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ</b></span></span></div>
<span style="font-size: x-small;"></span><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;"><br /></span></div>
<span style="font-size: x-small;"></span><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;"><i>“Barang siapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim.”</i> (QS. Al-Maidah [5] : 45)</span></div>
<span style="font-size: x-small;"></span><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;"><br /></span></div>
<span style="font-size: x-small;"></span><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;">Salah satu contoh figur yang diabadikan Al-Qur’an sebagai representasi <i>thaghut</i> penguasa zalim yang paling ekstrim dalam sejarah kemanusiaan ialah sosok <i>Fir’aun</i>.
  Allah سبحانه و تعالى dengan jelas menggambarkan bahwa Fir’aun 
merupakan  penguasa yang di dalam perilaku berkuasanya mempertontonkan 
sikap <i>melampaui batas</i>. </span></div>
<span style="font-size: x-small;"></span><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;"><br /></span></div>
<span style="font-size: x-small;"></span><div class="ArabCenter" style="text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;"><b><span>اذْهَبْ إِلَى فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَى</span></b></span></div>
<span style="font-size: x-small;"></span><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;"><br /></span></div>
<span style="font-size: x-small;"></span><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;"><i>"Pergilah kamu kepada Firaun, sesungguhnya dia telah <u>thoghoo</u> (melampaui batas).”</i> (QS. An-Nazi’at [79] : 17)</span></div>
<span style="font-size: x-small;"></span><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/-OrEzMzUOuA4/UT8ffQIcoQI/AAAAAAAAC9E/JqYu-KivXQQ/s1600/piraun.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="400" src="http://3.bp.blogspot.com/-OrEzMzUOuA4/UT8ffQIcoQI/AAAAAAAAC9E/JqYu-KivXQQ/s400/piraun.jpg" width="283" /></a></span></div>
<span style="font-size: x-small;"></span><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;"><br /></span></div>
<span style="font-size: x-small;"></span><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;">Dalam
 mensikapi kekuasaan, Fir’aun menjadi lupa diri. Aturan bahwa  rakyat 
wajib mentaatinya tanpa reserve, menyebabkan Fir’aun memandang  dirinya 
berada di atas rata-rata manusia biasa. Ia memandang dirinya  sebagai <i>super-human</i> (manusia luar biasa). Bahkan ia meyakini dirinya adalah tuhan seru sekalian alam. <i>Subhaanallahi ‘amma yashifuun</i> (Maha Suci Allah dari segala bentuk pensifatan yang batil)…!</span></div>
<span style="font-size: x-small;"></span><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;"><br /></span></div>
<span style="font-size: x-small;"></span><div style="text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;"><span></span></span></div>
<span style="font-size: x-small;"></span><div class="ArabCenter" style="text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;"><span><b>فَكَذَّبَ وَعَصَى ثُمَّ أَدْبَرَ يَسْعَى فَحَشَرَ فَنَادَى فَقَالَ أَنَا رَبُّكُمُ الأعْلَى</b></span></span></div>
<span style="font-size: x-small;"></span><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;"><br /></span></div>
<span style="font-size: x-small;"></span><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;"><i>“Tetapi
 Firaun mendustakan dan mendurhakai. Kemudian dia berpaling  seraya 
berusaha menantang (Musa). Maka dia mengumpulkan  (pembesar-pembesarnya)
 lalu berseru memanggil kaumnya. (Seraya) berkata:  "Akulah tuhanmu yang
 paling tinggi".</i> (QS. An-Nazi’at [79] : 21-24)</span></div>
<span style="font-size: x-small;"></span><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;"><br /></span></div>
<span style="font-size: x-small;"></span><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;">Kecenderungan orang yang berkuasa untuk berlaku melampaui batas merupakan hal biasa jika tidak bisa disebut <i>aksiomatik</i>
 (suatu keniscayaan). Kecuali bila yang menerima otoritas adalah seorang
  mukmin sejati. Mukmin sejati sadar bahwa ketika dirinya memperoleh  
otoritas kepemimpinan, maka saat itu juga sebenarnya dirinya terbebani  
suatu beban berat. Ia dibebani amanah untuk memastikan bahwa di bawah  
kepemimpinannya seluruh pengikutnya, rakyat, anak buah atau konstituen  
berjalan menuju keridhaan Allah سبحانه و تعالى. Artinya, di bawah  
kepemimpinannya ia harus selalu berusaha menegakkan kebenaran. Dan  
kebenaran hanya satu, yaitu kebenaran yang bersumber dari Allah سبحانه و
  تعالى . </span></div>
<span style="font-size: x-small;"></span><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;"><br /></span></div>
<span style="font-size: x-small;"></span><div class="ArabCenter" style="text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;"><span><b>الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ فَلا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُمْتَرِينَ</b></span><i> </i></span></div>
<span style="font-size: x-small;"></span><div class="ArabCenter" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;"><br /></span></div>
<span style="font-size: x-small;"></span><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;"><i>“Kebenaran itu adalah dari Rabbmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu.”</i> (QS. Al-Baqarah [2] : 147)</span></div>
<span style="font-size: x-small;"></span><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;"><br /></span></div>
<span style="font-size: x-small;"></span><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/-s0nJVZOPSRA/UT8frOAZtYI/AAAAAAAAC9M/pztEFMmL-Gg/s1600/index.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="265" src="http://1.bp.blogspot.com/-s0nJVZOPSRA/UT8frOAZtYI/AAAAAAAAC9M/pztEFMmL-Gg/s400/index.jpg" width="400" /></a></span></div>
<span style="font-size: x-small;"></span><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;"><br /></span></div>
<span style="font-size: x-small;"></span><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;">Oleh
 karena itu, sejak awal Islam mengharuskan ketaatan rakyat kepada  
pemimpin sesudah mentaati Allah سبحانه و تعالى dan RasulNya Muhammad  
صلى الله عليه و سلم . Dalam mentaati Allah سبحانه و تعالى dan RasulNya  
صلى الله عليه و سلم Al-Qur’an tidak memberikan syarat apapun kepada kaum
  muslimin, selain kewajiban mereka beriman bahwa apapun yang datang 
dari  Allah سبحانه و تعالى dan RasulNya صلى الله عليه و سلم sepenuhnya  
merupakan kebenaran. Namun begitu Allah سبحانه و تعالى memerintahkan  
kaum muslimin —sebagai rakyat— untuk mentaati pemimpin mereka, maka  
Allah سبحانه و تعالى mensyaratkan bahwa ketaatan menjadi wajib hanya  
ketika para pemimpin tersebut senantiasa menjadikan Allah سبحانه و تعالى
  (Al-Qur’an) dan RasulNya صلى الله عليه و سلم (As-Sunnah An-Nabawiyyah)
  sebagai <i>marja’</i> (rujukan atau referensi) utama penyelesaian berbagai perkara kehidupan.</span></div>
<span style="font-size: x-small;"></span><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;"><br /></span></div>
<span style="font-size: x-small;"></span><div class="ArabCenter" style="text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;"><span><b>يَا
 أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ  وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ 
وَأُولِي الأمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ  فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ 
إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ  تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ 
وَالْيَوْمِ الآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ  تَأْوِيلا</b></span><i> </i></span></div>
<span style="font-size: x-small;"></span><div class="ArabCenter" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;"><br /></span></div>
<span style="font-size: x-small;"></span><div class="ArabCenter" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;"><i>“Hai
 orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul  (Nya), dan
 ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan  pendapat 
tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur’an)  dan 
Rasul (Sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan  hari 
kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik  
akibatnya.”</i> (QS. An-Nisa [4] : 59) </span></div>
<span style="font-size: x-small;"></span><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;">Ad-Dajjal merupakan representasi <i>thoghut</i>
 (penguasa batil yang  melampaui batas) di Akhir Zaman menjelang tibanya
 Hari Kiamat. Ia  merupakan Fir’aun modern di penghujung berakhirnya 
perjalanan dunia.  Ketika ia hadir ia akan mengaku dirinya merupakan 
Rabb semesta alam.  Persis sebagaimana Fir’aun dahulu kala. Dan sebelum 
keluarnya puncak  fitnah Ad-Dajjal, maka dunia akan diselimuti oleh 
aneka fitnah yang  menjadi mukaddimah kedatangan fitnah Ad-Dajjal, sang <i>thaghut</i> penguasa zalim paling fenomenal sepanjang zaman. Maka sebelum Ad-Dajjal keluar akan bermunculan para <i>thaghut</i> penguasa zalim menghiasi panggung kekuasaan dunia di berbagai negara sebagaimana yang disaksikan dewasa ini.</span></div>
<span style="font-size: x-small;"></span><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;"><br /></span></div>
<span style="font-size: x-small;"></span><div class="ArabCenter" style="text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;"><span><b>ذُكِرَ
 الدَّجَّالُ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى  اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ 
فَقَالَ لَأَنَا لَفِتْنَةُ بَعْضِكُمْأَخْوَفُ  عِنْدِي مِنْ فِتْنَةِ 
الدَّجَّالِ وَلَنْ يَنْجُوَ أَحَدٌ مِمَّا  قَبْلَهَا إِلَّا نَجَا 
مِنْهَاوَمَا صُنِعَتْ فِتْنَةٌ مُنْذُ كَانَتْ  الدُّنْيَا صَغِيرَةٌ 
وَلَا كَبِيرَةٌ إِلَّا لِفِتْنَةِ الدَّجَّالِ</b></span><i> </i></span></div>
<span style="font-size: x-small;"></span><div class="ArabCenter" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;"><br /></span></div>
<span style="font-size: x-small;"></span><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;"><i>Ad-Dajjal
 disebut-sebut di dekat Rasulullah صلى الله عليه و سلم  lalu beliau 
bersabda, "Sungguh fitnah sebagian dari kalian lebih aku  takutkan dari 
fitnah Ad-Dajjal. Dan tiada seseorang dapat selamat dari  aneka fitnah 
sebelum fitnah Ad-Dajjal melainkan pasti selamat pula  darinya (fitnah 
Ad-Dajjal) sesudahnya. </i><i>D</i><i>an tiada fitnah yang dibuat sejak adanya dunia ini —baik kecil ataupun besar— kecuali untuk</i><i> menyambut</i><i> fitnah Ad-Dajjal." </i>(Hadits Shahih Riwayat Ahmad No. 22215)</span></div>
<span style="font-size: x-small;"></span><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;"><br /></span></div>
<span style="font-size: x-small;"></span><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;">Barangsiapa sanggup bersikap tegas menghadapi berbagai <i>thaghut</i> penguasa zalim sebelum keluarnya Ad-Dajjal, maka Nabi Muhammad صلى الله عليه و سلم menjamin ia bakal selamat menghadapi sang <i>thaghut</i>
 penguasa zalim paling dahsyat di akhir zaman yakni Ad-Dajjal. Atas  
dasar inilah Nabi Muhammad صلى الله عليه و سلم menganjurkan ummat Islam 
 untuk mengingkari para penguasa zalim di era penuh fitnah di akhir  
zaman. Barangsiapa yang mengingkari mereka niscaya selamat. Dan  
barangsiapa yang malah mentaati mereka, maka Nabi Muhammad صلى الله عليه
  و سلم berlepas diri dari mereka.</span></div>
<span style="font-size: x-small;"></span><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;"><br /></span></div>
<span style="font-size: x-small;"></span><div class="ArabCenter" style="text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;"><span><b>سَتَكُونُ أُمَرَاءُ فَتَعْرِفُونَ وَتُنْكِرُونَ فَمَنْ عَرَفَ بَرِئَوَمَنْ أَنْكَرَ سَلِمَ وَلَكِنْ مَنْ رَضِيَ وَتَابَعَ</b></span><i> </i></span></div>
<span style="font-size: x-small;"></span><div class="ArabCenter" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;"><br /></span></div>
<span style="font-size: x-small;"></span><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;"><i>Rasulullah
 shollallahu’alaih wa sallam bersabda, “Akan muncul  pemimpin-pemimpin 
yang kalian kenal, tetapi kalian tidak  menyetujuinya.Orang yang 
membencinya akan terbebaskan (dari tanggungan  dosa). Orang yang tidak 
menyetujuinya akan selamat. </i><i>Orang yang rela dan mematuhinya tidak terbebaskan(dari tanggungan dosa).”</i> (Hadits Shahih Riwayat Muslim No 3445)</span></div>
<span style="font-size: x-small;"></span><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;"><br /></span></div>
<span style="font-size: x-small;"></span><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/-T-x7-qz0x7Y/UT8f5TO30OI/AAAAAAAAC9U/pzuhFtkGq5U/s1600/new.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="400" src="http://3.bp.blogspot.com/-T-x7-qz0x7Y/UT8f5TO30OI/AAAAAAAAC9U/pzuhFtkGq5U/s400/new.jpg" width="391" /></a></span></div>
<span style="font-size: x-small;"></span><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;"><br /></span></div>
<span style="font-size: x-small;"></span><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;">Barangsiapa yang menyetujui para <i>thaghut</i>
 penguasa zalim  tersebut, niscaya ketika Ad-Dajjal keluar orang-orang 
tersebut bakal  dengan mudahnya masuk dalam perangkap tipu-daya sang <i>thaghut</i>
  paling dahsyat sepanjang zaman Ad-Dajjal. Sebab, bagaimana mereka akan
  sanggup mengingkari Ad-Dajjal, sedangkan menghadapi para <i>thaghut</i> penguasa zalim yang levelnya lebih rendah dari Ad-Dajjal saja mereka sudah masuk dalam perangkap ketaatan <i>taqlid</i>
 (membabi-buta) yang tercela. Mereka bakal menyesal di akhirat kelak.  
Sebuah penyesalan yang sangat terlambat sehingga tidak berguna. <i>Wa na’udzubillaahi min dzaalika</i>.</span></div>
<span style="font-size: x-small;"></span><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;"><br /></span></div>
<span style="font-size: x-small;"></span><div style="text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;"><span></span></span></div>
<span style="font-size: x-small;"></span><div class="ArabCenter" style="text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;"><span><b>يَوْمَ
 تُقَلَّبُ وُجُوهُهُمْ فِي النَّارِ  يَقُولُونَ يَا لَيْتَنَا أَطَعْنَا 
اللَّهَ وَأَطَعْنَا الرَّسُولا  وَقَالُوا رَبَّنَا إِنَّاأَطَعْنَا 
سَادَتَنَا وَكُبَرَاءَنَا  فَأَضَلُّونَا السَّبِيلا رَبَّنَا آتِهِمْ 
ضِعْفَيْنِ مِنَ الْعَذَابِ  وَالْعَنْهُمْ لَعْنًا كَبِيرًا</b></span><i> </i></span></div>
<span style="font-size: x-small;"></span><div class="ArabCenter" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;"><br /></span></div>
<span style="font-size: x-small;"></span><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;"><i>Pada
 hari ketika muka mereka dibolak-balikkan dalam neraka, mereka  berkata,
 "Alangkah baiknya, andai kata kami taat kepada Allah dan taat  (pula) 
kepada Rasul". Dan mereka berkata, "Ya Rabb kami, sesungguhnya  kami 
telah mentaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu  
mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar). Ya Rabb kami,  
timpakanlah kepada mereka azab dua kali lipat dan kutuklah mereka dengan
  kutukan yang besar."</i> (QS. Al-Ahzab [33] : 66-68)</span></div>
<span style="font-size: x-small;"></span><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;"><br /></span></div>
<span style="font-size: x-small;"></span><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;">Saudaraku, jelas sekali bahwa mengingkari <i>thaghut</i> penguasa zalim menjadi suatu perkara yang sangat penting dan wajib. Sebab kelalaian seorang muslim untuk mengingkari para <i>thaghut</i>
 penguasa zalim berakibat fatal bagi kehidupannya yang abadi di akhirat 
 nanti. Tidak cukup seorang muslim merasa aman bahwa dirinya telah  
beriman kepada Allah سبحانه و تعالى tetapi pada saat yang sama dia tidak
  rela dan yakin untuk menjauhi dan mengingkari <i>thaghut</i>. Inilah dua sisi dari aqidah tauhid sejati seorang mukmin.</span></div>
<span style="font-size: x-small;"></span><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;"><br /></span></div>
<span style="font-size: x-small;"></span><div class="ArabCenter" style="text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;"><span><b>فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى لا انْفِصَامَ لَهَا<i> </i></b></span></span></div>
<span style="font-size: x-small;"></span><div class="ArabCenter" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;"><br /></span></div>
<span style="font-size: x-small;"> <i>Karena
 itu barang siapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman  kepada Allah, 
maka sesungguhnya ia telah berpegang teguh kepada buhul  tali yang amat 
kuat yang tidak akan putus.</i> (QS. Al-Baqarah [2] : 256)</span>

Kewajiban Mengingkari Thaghut Penguasa Zhalim

Di dalam jilid 1 kitab Fi Dhzilalil Qur’an , Sayyid Qutb rahimahullah menjelaskan makna kata thaghut . Penjelasannya ditemukan dalam pe...

Baca selengkapnya »